Rabu, 30 November 2011

Budaya Dalam Lubang Biawak

BUDAYA DALAM LUBANG BIAWAK

Perkembangan globalisasi semakin kuat terasa hembusannya di setiap aspek kehidupan, baik pada aspek ekonomi, social, politik, religus, pendidikan, dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Perkembangan teknologi informasi komunikasi dan arus transportasi yang makin cepat menjadi sarana pendukung bagi proses pengembangan dan peningkatan aspek-aspek kehidupan tersebut. Di satu sisi globalisasi menawarkan manfaat positif, namun di sisi lain berpotensi menghancurkan umat manusia.

Globaslisasi yang diidentikan dengan moderrnisme telah menggiurkan dan menghipnotis cara berpikir, bertindak dan berperilaku sebagian besar umat manusia sehingga menjadikan tempat lahirnya Globalisasi (baca: Barat) sebagai kiblat. Maka tidak mengherankan lagi bila muncul penyataan seperti, “penerapan politik tidaklah demokratis jika tidak disesuaikan dengan system perpolitikan di Barat”, “system ekonomi yang ideal adalah ekonomi ala barat”, dan berbagai pernyataan tendensius lainnya bahkan gaya hidup (style life) ala barat telah menjadi kiblat pembenaran dalam berekspresi. Adian Husaini menjelaskan bahwa, globalisasi yang melanda dunia ditandai dengan homogenisasi food, fun, fashion, dan thought.
Dampak globalisasi bak api yang akan melahap habis kayu bakar. Proses penerimaan budaya barat secara keseluruhan (total) tanpa filterisasi membuat para individu terutama remaja di negeri ini terjebak dalam pengadopsian budaya baru secara tidak sadar, jika dikritik maka jawaban yang terlontarkan norak, kolot, tidak modern dan sebagainya. Kondisi demikian disebut Ameer Al Roubaie sebagai imperialisme dalam budaya (cultural imperialism). Imperialisme atau penjajahan terhadap budaya seperti ini perlahan akan menghancurkan budaya bangsa sehingga hilanglah identitas, martabat, dan jati diri bangsa. demikianlah tujuan globalisasi yang digagas barat saat ini. Mereka akan berusaha menanamkan hegemoni berupa penanaman konsep nilai baru demi menciptakan new world order (tatanan dunia baru) yang semua bangsa wajib patuh dan tunduk kepada mereka (Amerika). Dan secara tak sadar pola pikir (thought) dan gaya hidup (style life) individu di negeri (yang mayoritas muslim) ini telah terjebak dan telah menjadi budaya baru (new culture) dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa bentuk integrasi nilai barat dalam kehidupan masyarakat yang kemudian menetas menjadi budaya baru:
1. Budaya Hedon (kesenangan)
Hedon berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesenangan (pleasure). Secara terminology (istilah) Hedon artinya suatu pola pemikiran dan budaya hidup yang terlalu suka kepada aktivitas hiburan dan kesenangan belaka (Encyclopedia of Philosophy, 2006).
Budaya Hedon atau Hedonism kini telah menjadi budaya hidup masyarakat Indonesia, terutama para remajanya (anak muda/ABG). Remaja yang merupakan generasi penerus estafet pimpinan negeri ini secara sadar atau tidak sadar telah terjerumus dalam perangkap kelam tersebut. Kehidupan instan, gemar memamerkan tampilan fisik, dugem dan pola kehidupan hedon lainya telah menjadi potret kelam bangsa ini. Seorang remaja lebih senang menghabiskan waktu liburnya di shopping Mall, diskotik bila dibandingkan di Masjid, seorang remaja rela bolos dari sekolah hanya ingin menyaksikan konser music artis idolanya.
2. Budaya Konsumtif (Konsumerism)
Kunsumerisme merupakan paham yang senang terhadap budaya konsumsi ( pemakai), paham ini pertama kali muncul pada era industrialisasi. Secara prinsipil, menjadi konsumen atau mengkonsumsi bukan merupakan perilaku yang salah, akan tetapi menjadi keliru ketika individu menjadi over consumptive. Perhatikanlah, berapa banyak masyarakat di negeri ini telah terjebak dalam budaya konsumtif sehingga menempatkan kebutuhan dan keinginan secara tidak proporsional. Salah satu contoh, seorang anak masih duduk di bangku SD atau SMP sudah memiliki handphone blackberry. Kalau dicermati, apakah seorang anak dalam usia tersebut pantas memiliki benda yang sebenarnya belum pantas dimiliknya?, selain itu, ada sebagian orang yang karena memiliki uang yang lebih, mengoleksi handphone, laptop, mobil demi memuaskan keinginan pribadinya daripada memanfaatkan untuk kepentingan sosial. Seorang remaja rela menghabiskan uang hanya untuk mengoleksi baju, meskipun jarang dipakainya. Seorang anak muda pasti lebih bangga memiliki produk asing daripada produk lokal. Budaya konsumtif bila dipelihara akan melahirkan sikap boros, kikir, angkuh dan egois.
3. Budaya Pop
Budaya pop atau popular merupakan model mainstream (arus) terbaru dalam tawaran globalisasi dalam mengestablish imperialismnya. Pop secara sederhana dapat diartikan sebagai sesuatu yang disukai oleh orang. Budaya pop atau popular merupakan budaya yang disukai seseorang karena menyenangkan. Salah satu contoh bentuk intervensinya adalah, kesenangan para remaja (ABG) terhadap kelompok-kelompok music, sehingga secara sadar maupun tidak mereka melakukan tindakan ekspresif merespon kelompok-kelompok music yang disukainnya, seperti teriak histeris, mencium personil (padahal bukah mahramnya), rela mentatto nama artis yang dikaguminya, dan masih banyak contoh lainnya, seperti kesukaan terhadap artis tertentu, buku, film dan hal-hal popular lainnya.
4. Budaya Pergaulan Bebas (free relationship)
Pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk pola hidup yang telah membudaya dikalangan masyarakat, terutama para anak muda. Bentuk pergaulan bebas seperti pacaran, Dugem dan bentuk pergaulan lainnya. Dampak pergaulan bebas berupa kehamilan karena terjebak dalam perilaku free sex, kematian akibat over dosis mengkonsumsi obat terlarang dan dampak negatif lainnya.
5. Budaya Sekuler
Sekuler atau secularism merupakan bentuk perlawanan yang dilakukan para ilmuwan barat terhadap intervensi dan hegemoni gereja terhadap pola dan tatanan kehidupan social. Setelah zaman pencerahan (renaissance) paham sekuler menjadi lebih hidup dan mendapat tempat di hati masyarakatnya (eropa), maka fungsi gereja yang pada masa prarenaissance lebih monopoli di kerdilkan fungsi dan peranannya, alias agama adalah urusan individu, urusan politik, ekonomi, social dan hukum adalah urusan pemerintah.
Budaya sekuler yang tumbuh kembang di barat kini telah mengglobal. Lucunya, di Negara-negara yang mayoritas muslim menerima paham tersebut tanpa pertimbangan sedikitpun, sehingga agama (Islam) telah disamakan dengan agama lain. Dengan demikian secara tidak langsung, virus sekulerism telah melemahkan ke-universalitas dan kekompleksitas Islam. Maka lahirlah, ekonomi kapitalis, penerapan hukum dan kehidupan social yang humanis, serta sistem pendidikan yang liberal yang memisahkan dari nilai-nilai agama sehingga agama hanya di tempatkan bagaikan deterjen pembersih yang sewaktu-waktu diperlukan jika ada noda yang menempel pada pakaian-pakaian jiwa.
Globalisasasi yang identik dengan Moderenisme telah menjadi pandangan hidup yang berdampak secara langsung dalam kehidupan masyarakat muslim. Kekuatan barat yang mampu menguasai tampuk ekonomi dengan mudah menentukan dan menyetir (drive) Negara-negara berkembang, teknologi dan media dikuasai sehingga opini masyarakat global dibentuk, citra (image) positif dibangun sehingga seluruh umat manusia di seluruh dunia terhegemoni mindset-nya untuk mengakui barat (Amerika) sebagai dewa pemimpin dunia saat ini sehingga tidak mengherankan jika muncul pernyataan, “anda belum maju jika belum seperti barat.” Hal ini terlihat pada peristiwa sekularisasi Kerajaan Turki Utsmani oleh Kemal At Tatturk, Sayyid Ahmad Khan dan pemikir Islam yang liberal lainnya.
Tentunya kita tidak menolak secara mutlak semua nilai dan produk dari barat (nihilism), akan tetapi sebagai seorang muslim tentunya kita dapat bersikap kritis dan mampu memilih dan memilah secara bijak dan objektif segala sesuatu yang datang dari barat dengan menjadikan Islam sebagai instrument filterisasi sehingga kita tidak terjebak dalam perilaku taklid dan tasyabbuh (menyerupai).kan tetapi, sadar atau pun tidak fenomena culture imperialism (penjajahan budaya) telah melanda negeri ini, negeri yang mayoritas penduduknya muslim.
Saatnya ini umat Islam sedang terjebak dalam gelapnya budaya-budaya yang tidak Islami yang telah berhasil menguasai pola pikir, sikap dan perilaku kita (kaum muslimin). Keterpengaruhnya umat Islam saat ini dengan budaya-budaya barat telah lama disinyalir oleh Rasulullah saw 14 abad silam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Sedikit demi sedikit kalian akan mengikuti sunnah-sunnah umat terdahulu. Sampai-sampai andaikata mereka masuk ke lubang Biawak, niscaya kalian juga ikut mereka memasukinya.” Ada sahabat yang bertanya, “wahai Rasulullah apakah mereka yang dimaksud adalah Nasrani dan Yahudi? Lalu Beliau menjawab. Lalu siapa lagi?” (HR. Bukhari-Muslim).
Barat yang identik dengan Kristen (Nasrani) dan Yahudi adalah actor atau pelakon utama dan sentral dalam membentuk beragam cara untuk menghancurkan umat manusia, baik secara fisik (control population process), moril, budaya dan pemikiran. Cara yang dimaksud diwujudkan dalam konsep-konsep budaya yang bertendensi materialistis, kapitalis, liberalis, agnostic dan ateistik. Sunnah-sunnah mereka kini mulai ditiru umat Islam dan jika dibiarkan kelak kita akan lebih jauh masuk dalam perangkap mereka, yang diibaratkan oleh Rasulullah saw sebagai lubang biawak.
Mara’ji
Husaini, Adian.2005. Wajah Peradaban Barat
Gray, Jerry. D. 2007. Bayang Gurita
————–. Deadly Mist; Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia
Islamia. Thn. II, No. 5, 2005.
sumber : http://rushdie99.wordpress.com/2010/12/20/budaya-dalam-lubang-biawak/
Nb: kalau kk ane yang ini buat ane terinspirasi untuk terus belajar, gmna gak !! tiap pnya duit pasti beliau buat beli buku jarang bgt dia beli baju .
hahahaa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar